Peningkatan Literasi baca di sekolah Kota Yogyakarta
Yogyakarta- Untuk mencapai daya baca siswa tinggi, perlu dimulai dari mendorong meningkatnya minat baca siswa, sehingga guru perlu memfasilitasinya dengan berbagai sarana pendukung, misalnya pojok baca di ruang kelas, perpustakaan sekolah, maupun berbagai sumber bacaan secara digital. Hasil dari berbagai penelitian saat ini menunjukkan bahwa kemampuan memahami bacaan (daya baca) siswa rendah. Oleh karena itu untuk meningkatkan daya baca tersebut, perlu Gerakan yang serius untuk meningkatkan minat baca siswa. Asumsinya jika minat membacanya tinggi, maka tingkat pemahaman siswa terhadap apa yang dibaca akan meningkat. Demikian disampaikan Sarmidi Leader GSM Kota Yogyakarta dalam sambutannya pada acara pembukaan lomba Pojok Baca Kelas dalam rangka memperingati hari Aksara Internasional yang diadakan oleh SD Negeri Tegalrejo 1 Kota Yogyakarta, Kamis, 8 September 2022.
“Untuk meningkatkan minat baca siswa, sekolah tidak bisa bergerak sendiri, namun sangat diperlukan Kerjasama yang harmonis dengan orang tua wali siswa, agar pendampingan terhadap minat baca siswa tersebut dapat terjaga secara kontinu di manapun siswa berada” ungkapnya.
Dalam kesempatan yang sama Sri Anik Lestari dari Arpusda Kota Yogyakarta menyampaikan, bahwa demi mendorong minat baca, maka perpustakaan tidak hanya sekedar menyediakan sumber bacaan berupa buku-buku dan literatur saja, namun perpustakaan juga harus memiliki fungsi rekreatif, sehingga siswa merasa senang dan nyaman menggunakan perpustakaan sebagai sumber belajar.
Lebih lanjut dijelaskan oleh Plt. Kepala sekolah SD Negeri Tegalrejo 1, Istinah, bahwa untuk ikut menyemarakkan Hari Aksara Internasional SD Negeri Tegalrejo 1 mengadakan lomba pojok baca kelas, dengan mengundang tim yuri dari pihak eksternal, yakni dari Jemingun selaku Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Yogyakarta, Leader GSM Kota Yogyakarta , dan Sri Anik dari Arpusda Kota Yogyakarta
“Terwujudnya pojok baca di masing-masing kelas ini, sebagai wujud terjalinnya Kerjasama yang harmonis antara sekolah dengan orangtua siswa, karena sejak mendesain hingga pemenuhan berbagai fasilitas pojok baca semua melibatkan orang tua siswa” imbuhnya.
Dalam refleksi dan Penutupan acara tersebut, ditambahkan oleh Jemingun yang merupakan Pengawas sekolah Dindikpora Kota Yogyakarta bahwa fungsi pojok baca di masing-masing kelas harus selalu ditanamkan kepada siswa, guru harus selalu secara terus-menerus menggelorakan semangat memfungsikan pojok baca sebagaimana mestinya. Jangan sampai setelah sukses dalam mewujudkan pojok baca ini, dikemudian hari tinggal sebagai hiasan atau pajangan di kelas. Seakan pojok kelas yang sacral untuk siswa. Hanya demi menjaga kerapian dan keindahan pojok baca anak, siswa dibatasi penggunaannya. Hal ini akan mengurangi makna pojok baca kelas yang sebenarnya. Karena letaknya di dalam kelas yang syarat dengan aktifitas siswa yang penuh mobilitas secara fisik, maka segala fasilitas yang digunakan dalam pojok baca ini juga harus diusahakan yang ramah anak, jangan sampai terdapat barang-barang keras, tajam, atau benda yang mudah melukai anak. (Jemingun PS SD)