Kunjungi Dindikpora, DRPD Sragen Puji Kualitas Pendidikan di Yogyakarta

Yogyakarta – Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga mendapat kunjungan kerja dari Komisi IV DPRD Kabupaten Sragen, Jumat, 30 September 2022. Dalam lawatan ini, komisi yang salah satunya membidangi urusan pendidikan itu memuji kualitas pendidikan di Kota Yogyakarta.

Ketua Komisi IV DPRD Sragen Sugiyamto mengatakan kualitas pendidikan di Kota Yogyakarta tidak dapat diragukan. Dia bahkan menyebut mutu pendidikan di kota pelajar ini adalah salah satu yang terbaik di Indonesia.

“Bukan hanya di Sragen, tapi juga terkenal di seluruh pelosok negeri bahwa pendidikan yang berkualitas itu adalah di Yogyakarta. Paling tidak ya dengan nomor urut teratas,” ucap Sugiyamto dalam sambutannya, Jumat, 30 September 2022.

Sugiyamto mengatakan DPRD Sragen ingin meminta saran terkait peningkatan mutu pendidikan ke Dindikpora. Menurut dia, DPRD Sragen ingin belajar bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan dari Kota Yogyakarta. “Sehingga teman-teman dari Sragen ini ingin beberapa masukan tentang kualitas pendidikan,” tutur dia.

Menurut Sugiyamto, Sragen saat ini berfokus pada kemajuan pendidikan tingkat sekolah dasar (SD). Salah satunya, kata dia, Sragen sedang mengupayakan kenaikan upah guru SD yang sebagian masih berada di bawah rata-rata.

“Tolak ukur kami untuk memajukan dunia pendidikan yang paling utama adalah kualitas guru yang mengajar, Kualitas ini juga harus ditopang dengan gaji yang mencukupi,” kata dia. “Tidak mungkin seorang guru bisa mencerdaskan muridnya kalau berangkat dari rumah dengan modal kantong kosong dan perut kosong.”

Dalam kunjungan ini, Komisi IV DPRD Sragen disambut oleh Kepala UPT Layanan Disabilitas (ULD) Bidang Pendidikan dan Resource Center Drs. Aris Widodo, M.Pd., dan tim lainnya. Aris turut menjelaskan bagaimana Kota Yogyakarta juga memiliki ULD yang menjalankan bidang pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus (ABK).

“Kami meningkatkan kompetensi pendidik agar bisa mendidik ABK di dalam kelas inklusi atau kelas yang sama. Jadi tidak dibedakan seperti di Sekolah Luar Biasa (SLB),” tutur Aris.

Syafiul Hadi