Peringatan Hari Anak Nasional Dengan Permainan Tradisional
Yogyakarta- Peringatan HAN ( Hari Anak Nasisonal ) di beberapa Sekolah di Kota Yogyakarta tampak meriah, salah satunya yang dilaksanakan di SD Negeri Baluwarti dengan Upacara bendera, Pemberian penghargaan kepada Bapak/Ibu guru dan karayawan, pemberian sertifikat MPLS ,Permainan Tradisional diantaranya ( cublak – cublak suweng, dingklik ogla aglik, lompat tali, bekelan dan dakon) beserta kunjungan ke kampung wisata kerajinan perak di lingkungan sekitar sekolah.
Kepala Sekolah SDN Baluwarti Zuikhatun Nusroh, telah memberikan piagam penghargaan kepada Guru dan Karyawan SDN Baluwarti sebanyak 13 personil dan piagam MPLS kepada seluruh siswa yang melaksanakan MPLS. Selain itu juga memeriahkan peringan Hari anak Nasional yang bertema “Anak terindungi Indonesia Maju “ dengan permainan tradisional yang berliterasi dan numerasi.
Zuikhatun Nusroh bekerjasama dengan tokoh masyarakat setempat yaitu dengan Bapak Mochamad Abdillah juga merupakan bapak ketua RT Basen yang sangat mendukung kegiatan sekolah untuk berkunjung dengan mengenalkan siswa pada kerajinan perak yang ada di sekitar lingkungan.
Kearifan lokal yang ada di masyarakat perlu dijaga agar tetap ada hingga generasi ke generasi.
Dolanan anak tradisional dan Kerajinan Perak merupakan Warisan budaya , Nilai leluhur yang ada di dalam sebuah masyarakat memiliki manfaat yang sangat baik untuk kehidupan di masa depan.
Bapak Ketua RT Mochamad Abdillah yang merupakan pengusaha kerajinan perak keris, sedikit menceritakan bahwa cara pembuatan keris jaman dulu sangat rumit dan butuh proses panjang , karena jaman dulu untuk mendapatkan bahan seorang empu harus bertapa dulu untuk menemukan bahan meteor yang jatuh dari langit untuk dibuat pamor yang disatukan denganbesi bumi , inilah proses kehebatan nenek moyang kita yang diakui dunia pada jaman dahulu , lain dengan jaman sekarang pembuatan keris lebih praktis dengan sudah adanya bahan besi dan pamor yang bisa dibeli di pasaran , kemudian melalui proses pembakaran besi dan pamor disatukan dan dibentuk menurut keinginan sang empu keris , setelah proses jadi baru di jamasi untuk mengeluarkan guratan pamor sehingga menjadi kontras hitam dan putihnya membentuk gambar pada bilah kerisnya , kemudian baru dibuatkan warangkanya dan diolesi minyak untuk melindungi wilahnya agar tetap bersih dan tidak mudah ber karat , keris siap untuk di pajang
Sepakat dengan tutur Pak RT Semoga dengan pengenalan serta pendekatan budaya sedini mungkin kepada anak anak akan menumbuhkan kecintaan akan budaya nenek moyang yang sangat istimewa dan tidak dimiliki oleh bangsa lain
Moment HAN ini sebagai refleksi untuk menghargai hak setiap anak. Selain itu, Hari Anak juga jadi moment untuk kita menghargai dan mengingat kembali nostalgia masa kecil yang begitu indah. Semoga Bahagia dan selalu gembira anak – anak hebat. (Zulikhatun Nusroh)