Finalisasi Bahan Ajar Penguatan dan Penilaian Pendidikan Afeksi Lima Agama

Yogyakarta - Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Yogyakarta, melalui Sub. Kooridnator Kurikulum Bidang Pembinaan Sekolah Dasar menyelenggarakan koordinasi dengan tokoh-tokoh agama pada Rabu (29/5/2024). Tujuan utama kegiatan ini untuk finalisasi bahan ajar dan buku monitoring pendidikan afeksi agama yang telah disusun sebelumnya sebagai upaya untuk tetap mempertahankan penguatan pendidikan karakter religius siswa. Selain itu kegiatan diharapkan menjadi bentuk layanan pendampingan terbaik demi mencegah terjadinya perundungan, kekerasan dan intoleransi di lingkungan satuan pendidikan.

Seiring berjalannya waktu, siswa sekolah dasar sebagai generasi muda penerus bangsa telah mengalami perkembangan dan perubahan. Beberapa perubahan yang terjadi seperti cara belajar baik di sekolah atau di rumah, cara berkomunikasi, lingkungan komunitas berteman/ sosialisasi, cara pendampingan orang tua dan cara penggunaan gawai (handphone) yang tidak tepat menjadi pembiasaan yang sangat berpengaruh pada pembentukan karakter siswa. Beberapa siswa mulai terlihat mengalami perubahan sikap sopan santun dan adab/ budi pekerti luhur. Sikap generasi muda terhadap teman sebaya, guru dan bahkan terhadap orang tua mereka sendiri cenderung mengalami perubahan menjadi jauh dari kesopanan, sehingga menjadi dasar perlunya kegiatan ini dilakukan.

Finalisasi bahan ajar dan penilaian penguatan pendidikan afeksi ini dibuka oleh Kepala Bidang Pembinaan Sekolah Dasar, Mujino dan didampingi oleh Ketua Tim Kerja Kurikulum SD, Santo Mugi Prayitno, serta dihadiri oleh pengawas agama dan perwakilan tokoh agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha. Hadir dalam kegiatan ini: Budi Basuki, Achmadi Solihin, Hindatul Latifah (Pengawas Agama Islam Kemenag Kota), Jeane Suster Pij, Purwadi (Pengawas Agama Kristen), Erasmus Eri Suprobo (Pengawas Agama Katolik), Didik Widya Putra (Pembimas Agama Hindu), Pinandita Ida Made Panji dan Upasaka Pandita William Hardicar (Majelis Budhayana Indonesia DIY). Koordinator tim afeksi setiap agama yang berlatar belakang guru agama dari beberapa sekolah di Kota Yogyakarta juga turut hadir; Suryani dan Hamdan (koordinator afeksi agama Islam), Sukarman dan Mujinah (koordinator afeksi agama Kristen), Ani Purwastuti Lestari dan Istiyarti (koordinator afeksi agama Katolik), Ni Nyoman Srinasih dan Susianta (koordinator afeksi agama Hindu), Siti Amisih dan Santy Paramitha (koordinator afeksi agama Budha).

Dalam sambutannya, Mujino menyampaikan perlunya menumbuhkan kembali, mengelola dan mengarahkan perilaku positif /memberi teladan (adab sopan santun) kepada anak sesuai dengan kepercayaan masing-masing. “Kita temui laporan tentang siswa datang terlambat, bersikap onar, suka berbohong, berbahasa kasar, mengambil barang orang lain, merusak fasilitas sekolah, tidak melaksanakan kewajiban ibadah dan melakukan perundungan (bullying) pada teman sekelas, adik kelas, atau tetangga. Hal tersebut adalah beberapa poin penting yang perlu segera dilakukan tindak lanjut dan penataan kembali membentuk pembiasaan karakter baik. Adab tidak hanya memiliki arti kesopanan dan keramahan saja, namun juga erat kaitannya dengan akhlak atau perilaku terpuji”, tegasnya.

Orang tua menjadi pokok utama keteladanan dan budi pekerti anak di rumah, dan sangat diharapkan sekolah melalui guru kelas, guru agama dan kepala sekolah mampu mengawal, mengingatkan dan menguatkan kembali akhlak baik saat anak berada di lingkungan sekolah. Santo Mugi Prayitno berharap, ketika orang tua menentukan sekolah untuk anaknya tentu memiliki harapan besar kepada satuan pendidikan (sekolah yang ramah anak) selain sebagai tempat menimba ilmu akademik dan mengembangkan kompetensi. “Maka diharapkan juga sekolah menjadi tempat yang mampu mengingatkan, menumbuhkan kembali, mengelola dan mengarahkan perilaku positif/ memberi teladan (adab sopan santun) kepada anak”, jelasnya. Pendampingan ini diwujudkan dalam bentuk pantauan/ monitoring langsung pembiasaan aktifitas keagamaan sesuai dengan kepercayaan masing-masing siswa dan untuk melihat keberhasilan pengukurannya menggunakan buku ajar sekaligus penilaian. Buku afeksi ini akan diberikan ke seluruh siswa di setiap jenjang kelas pada 169 satuan pendidikan di Kota Yogyakarta.

Mujino menekankan perlunya kerjasama antara komponen pemangku kepentingan di satuan pendidikan (kepala sekolah, guru kelas, guru agama), pengawas agama dan tokoh/ pemuka setiap agama untuk mendukung, menguatkan, memantau dan memastikan optimalisasi pendampingan dalam menggunakan buku ajar penguatan dan penilaian afeksi. Mujino menambahkan, bahwa satuan pendidikan menjadi tempat penting dalam membangun kembali karakter dan budi pekerti luhur. “Sekolah menjadi tempat strategis untuk pengawalan, penguatan karakter baik, akhlak dan budi pekerti siswa untuk tetap mempertahankan penguatan pendidikan karakter religius”, pungkasnya.

Satuan pendidikan menjadi titik bertemu dan berkumpulnya anak didik dari berbagai latar belakang keluarga, pendidikan orang tua dan ekonomi yang berbeda-beda. Sehingga mengoptimalkan fungsi sekolah sebagai instansi pendidikan yang unggul dalam akademik dan kuat dalam pendampingan keimanan, adab dan budi pekerti luhur siswa didik menjadi sarana postif meningkatkan kepercayaan masyarakat pada sekolah dalam mencetak generasi muda yang berilmu sekaligus berakhlak mulia. (NFA)